Pada zaman dahulu, Danau Poso terlihat seperti sebuah permata. Penduduk di sekeliling danau memberi istilah Matiandano atau permata danau. Kabut yang menyelimuti pegunungan di sekeliling danau, seperti kapas yang indah. Jika matahari terbit, sinarnya menimbulkan efek keindahan danau yang menakjubkan. Saat matahari tenggelam, cahaya jingga membentuk pemandangan yang indah. Ketika malam tiba, cahaya bulan memantul indah di permukaan air tenang. Seolah berada di negeri dongeng.
Namun, di balik keindahan tersebut, ada sesuatu yang misterius di Danau Poso. Dibalik ketenangan air Danau Poso yang berwarna jernih, tersembunyi sebuah kerajaan. Kerajaan yang dihuni oleh makhluk-makhluk gaib penjaga danau. Kerajaan tersebut dikenal dengan nama To Randa Ue. Kerajaan ini terbagi menjadi beberapa wilayah kekuasaan. Wilayah yang paling besar bernama Towale, sementara wilayah lainnya menyebar di bawah permukaan danau. Di Towale inilah, tinggal para makhluk gaib penguasa danau yang disebut jin.
Pada satu waktu, terjadi kemarau panjang. Danau Poso mengalami kekeringan dan air danau mulai surut. Keadaan itu memunculkan perselisihan akses air diantara para jin. Perselisihan itu memuncak menjadi pertengkaran hebat

di sebuah wilayah yang disebut Tamuu.
Di Tamuu, alam seakan bergetar. Langit dipenuhi kilat. Suara gemuruh yang sangat keras terdengar di hampir sekeliling Danau Poso. Tiba-tiba dari arah danau terbentuk pusaran angin yang membuat debu-debu akibat kekeringan danau jadi beterbangan. Para penduduk kampung di tepi Danau Poso melihat itu seperti kabut misterius di atas danau. Mereka tahu, itu pasti ulah para makhluk gaib penjaga danau.
Keadaan tersebut berlangsung sepanjang beberapa malam. Dikarenakan ada debu-debu yang beterbangan dan berputar di atas danau, penduduk menjadi takut. Mereka menyebut tempat tersebut dengan nama Tamuu Awu, atau abu yang terangkat di udara.
Waktu berlalu namun pertarungan tak kunjung usai. Para jin mulai menggunakan senjata parang. Salah satu dari mereka kemudian menemukan sebuah wilayah dengan bebatuan yang sangat keras dan tajam di wilayah Saluopa. Di wilayah bebatuan itu mereka saling adu kekuatan dengan parang mereka. Sebelum pertarungan, mereka menggunakan batu-batu keras dan tajam untuk mengasah parang yang mereka gunakan. Bebatuan-bebatuan itu disebut batu pangi. Pertarungan dengan parang di wilayah bebatuan pangi itu berlangsung sampai akhir musim kemarau. Bukan hanya penduduk di sekeliling danau yang merasa terganggu tapi juga mahluk danau.
Di ujung musim kemarau, jin tua yang dikenal bijaksana dan dihormati oleh seluruh jin di Danau Poso, muncul dari kediamannya di Torau. Torau adalah sebuah tempat tersembunyi di sebelah barat Danau Poso. Dengan nada suara yang penuh wibawa, wajah serius, dan mata menyala dia berkata
“Hentikan! Tidak akan ada yang kalah atau menang dalam pertarungan ini. Hanya kehancuran yang akan kalian tuai.”
Semua jin yang sedang bertarung tertunduk malu. Mereka mengakui kebenaran ucapan jin tua. Tapi tidak demikian dengan seorang sosok jin muda yang keras kepala. Dengan penuh kesombongan dia menantang jin tua.
“Aku tidak takut! Hari ini, aku akan tunjukkan siapa yang lebih kuat, siapa yang menang!”
Jin muda mengatakan itu sambil mengasah parangnya di satu batu keras dan tajam di bebatuan pangi. Jin tua kemudian berkata
“ Baiklah kalau kau bersikeras. Jin muda, mari kita bertarung bukan dengan kekuatan. Ayo adu kekuatan dengan cara tanpa bertarung.”
Jin muda langsung menyanggupi tanpa tahu lebih dulu apa itu adu kekuatan dengan cara tanpa bertarung. Jin tua menantang jin muda untuk memecah bebatuan pangi.Jika berhasil, maka jin muda akan diakui sebagai pemenang dari yang paling hebat diantara seluruh jin di danau ini. Dia juga boleh berkuasa atas seluruh wilayah di danau ini atau Kerajaan To Randa Ue.
Jin muda tampak senang dengan tawaran itu. Dia yakin akan bisa melakukan tantangan si jin tua. Jin tua lalu melanjutkan syarat berikutnya.
“Akan tetapi jika aku yang mampu memecahkan batu pangi, kamu harus terima kekalahan dan kamu harus tunduk pada setiap perintahku tanpa membantah apalagi melawan kuasaku!” Tanpa berpikir panjang Jin muda setuju. Semua yang hadir berteriak setuju. Berita tentang tantangan ini menyebar ke seluruh kerajaan To randa Ue. Para jin berkumpul ingin menyaksikannya.
Si jin muda dari Tamuu mempersiapkan parangdengan bilah yang panjang dan melengkung. Parang ini terbuat dari logam yang berkilau jika kena sinar rembulan. Gagangnya terbuat dari kayu kulahi yang diukir.
Disaksikan semuanya, jin muda lalu mengambil ancang-ancang. Dia mengangkat parangnya, mengayunkan parang sekuat tenaga.
“Tringgg”
Parang beradu dengan salah satu bebatuan pangi. Bunyi dentuman keras menggema di seluruh penjuru danau. Namun batu pangi itu tetap utuh tidak terbelah. Jin muda gagal membelah batu pangi. Jin muda tidak mau menyerah. Dengan raut wajah penuh kemarahan, jin muda mencoba lagi untuk membelah salah satu bebatuan pangi. Namun tetap gagal. Dia kemudian mengasah parangnya di satu batu pang lainnyai, tapi tetap gagal juga kemudian. Jin muda mulai menyalahkan batu pangi. Dia mencoba semua batu pangi yang ada di wilayah itu.
Dikisahkan, setelah kalah dalam pertarungan, setiap malam jin muda itu masih terus mencoba membelah batu pangi. Mengasah parangnya, mengayunkan sekuat tenaga ke batu pangi, namun gagal. Diulang lagi. Mengasah parangnya, mengayun sekuat tenaga ke batu pangi, masih gagal. Dicoba lagi. Mengasah parangnya, mengayun sekuat tenaga di batu pangi, masih gagal. Demikian seterusnya.
Waktu itu, penduduk di sekeliling danau Poso melihat penampakan sosok yang sedang mengasah parang di atas batu pangi. Suara gesekan parang dengan batu itu membuat para penduduk kampung ketakutan dan penasaran. Banyak warga kampung yang langsung mendekati wilayah bebatuan pangi untuk memastikan siapa yang ada disana. Namun saat mereka tiba, yang terlihat hanya ada bebatuan itu dan kegelapan. Akan tetapi, pada pagi hari saat matahari terbit dari balik gunung, bekas goresan yang sangat jelas terlihat di atas permukaan batu.
Satu batu yang selalu digunakan untuk mengasah kemudian dikenal dengan nama Watu mPangasa Angga. Arti dari Watu Mpangasa Angga adalah batu asah jin. Watu mPangasa Angga hingga sekarang masih dapat dilihat di wilayah Pamona, daerah Timur Danau Poso.