Jauh di atas perbukitan yang membentang di sekeliling danau Poso, terdapat sebuah desa yang dikelilingi pepohonan rindang. Sungguh indah dan sejuk desa itu. Desa itu bernama Desa Tuwu. Batuan kerikil memenuhi seluruh jalanan di desa. Rumah-rumah berdinding bambu, beratap rumbia menghiasi kanan kiri jalan di desa itu., Sungguh menarik dipandang mata.
Namun sayang, ada pengganggu di desa kecil
itu. Namanya, Walesu. Dia tikus berbulu putih dan lebat. Tikus ini selalu saja mencuri makanan para penduduk Desa Tuwu. Padi, nasi, dan makanan lainnya bisa hilang tiba-tiba diambil Walesu. Meski Walesu gemuk, tapi dia lincah dan gesit sekali. Sudah tak terhitung berapa kali Walesu hampir tertangkap, tapi dia selalu berhasil menghindar dan melepaskan diri. Bahkan kucing pun tak pernah bisa menangkapnya. Walesubisa bersembunyi di mana saja, dari selokan sempit dan kecil, sampai lubang di rumah-rumah warga.
Suatu hari, Walesu sedang duduk sambil memakan inuyu hasil curiannya di belakang rumah Tita. Saat itu Tita, salah seorang anak gadis di desa itu kedatangan Mia, temannya dari desa lain.
“Nyam… nyam… nyam, enak sekali inuyu ini! Beras ketan dan santan yang dicampur di dalam bambu, lalu dibakar selama berjam-jam. Wah pantas saja rasanya sangat gurih!” seru Walesu.
Saat sedang makan inuyu, Walesu mendengar Tita dan Mia bercakap-cakap tentang sebuah laut yang sangat indah. Keindahan laut itu sedang menjadi perbincangan di desa Mia.
Permukaan air yang sangat luas akan tampak berkilauan disinari matahari. Laut indah itu disebut Laut Poso. Pada siang hari , saat tidak ada angin yang bertiup, laut itu akan terlihat seperti kaca raksasa dari atas gunung. Indah sekali kelihatannya. Di dalam laut tinggal banyak makhluk hidup. Ikan-ikan dengan berbagai macam warna sampai terumbu karang beragam bentuk. Tita kemudian menceritakan, kalau ada mahluk yang bisa membuka mulutnya lebar sekali. Hewan itu bisa membuat batu mutiara yang indah.
Di siang hari, saat disinari oleh cahaya matahari, mutiara akan menyilaukan mata. Di malam hari, saat tidak ada bulan yang bersinar, gelapnya malam akan diterangi oleh kilauan mutiara itu. Batu Mutiara itu indah sekali.
“Apakah kamu tahu dimana keberadaan laut yang sangat mempesona itu?” tanyaTita setengah berseru.
Sungguh menakjubkan apa yang baru saja Tita dengar. Walesu yang menguping pembicaraan mereka ikut terperangah. Dia meletakkan inuyu yang belum habis dimakannya, perlahan mendekat di tiang bambu penopang atap. Dia ingin mendengar lebih jelas apa yang mereka bicarakan. . Baru kali ini dia mendengar tentang laut dan hewan yang bisa menghasilkan mutiara itu.
Walesu mendengar Tita menyebutkan nama hewan itu. Tiram! Hewan itu adalah Tiram. Dalam satu tiram bisa terdapat banyak sekali Mutiara. Mutiara itu juga akan dalam berbagai macam warna dan ukuran. Ada yang putih dan ungu, lalu ada yang ukurannya besar dan kecil. Mutiara itu tidak bisa dimiliki oleh orang biasa.Harganya sangat mahal.
“Mutiara itu biasanya hanya dapat dimiliki oleh para putri raja” lanjut Mia.
Walesu, si tikus gendut menjadi penasaran Dalam hati dia juga ingin memiliki mutiara itu. Dia lalu menghabiskan inuyu sambil mulai merancang perjalanannya ke Laut Poso.
Keesokan pagi yang cerah, Walesu mulai berjalan menuju ke arah utara desa. Dari Desa Tuwu menuju Laut Poso itu memang sangat jauh. Walesu harus melewati gunung yang tinggi, sungai, dan ngarai yang terjal. Pia juga harus melewati hamparan padang rumput yang sangat luas. Butuh berminggu-minggu lamanya . Agar bisa cepat tiba di tujuan, Walesu kadang berlari. Pada minggu ke-tujuh, Walesu akhirnya sampai di tepi laut.
Deraian ombak memercik tenang terkena karang. Walesu memutuskan untuk beristirahat dan tidur di bawah sebuah pohon kelapa di pinggir laut. Dia lelah sekali.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Walesu sudah terbangun. Dengan penuh semangat, Walesu mulai menyusuri tepi laut. Dari kejauhan nampak nelayan sedang turun melaut. Tepi laut ini jauh dari pemukiman penduduk sehingga Walesu tidak perlu kuatir bertemu mereka. Pagi itu Walesu berniat akan berjalan di sepanjang tepian laut. Tujuannya satu, mencari si Tiram untuk menemukan si tiram.
Tak lama kemudian, pandangannya tertuju pada suatu tempat. Ada sesuatu yang berkilauan dan menyilaukan mata. Walesu berlari mendekati. Tepat di bawah batu besar, dikelilingi sedikit rumput laut, Walesu melihat sesuatu berupa kerang yang sedang terbuka lebar.
Wah! Ternyata kilauan itu berasal dari Tiram di dalam cangkang Binga, nama si Tiram. Binga berwarna ungu dan biru pada cangkangnya. Badannya mengkilap dan mutiara di dalamnya berkilauan.
Binga tiram yang sangat ramah. Binga sedang merasa senang karena hari itu adalah hari dia akan masuk lagi ke laut. Sebelumnya, Binga sibuk mengurusi satu hal yang membuatnya kesal, yaitu pasir. Berhari-hari lalu, ada butiran pasir kecil dan kasar masuk ke dalam mulut cangkangnya. Rasanya itu tidak enak, sungguh menggelitik serta tidak nyaman buatnya. Binga langsung melindungi dirinya dari pasir itu.
Sebelum Walesu datang, dengan sabar Binga mengeluarkan cairan khusus dari tubuhnya. Cairan ini disebut nacre atau lapisan mutiara. Binga melapisi pasir yang masuk ke mulutnya itu dengan nacre. Semakin sering ia melapisi pasir itu, maka pasir itu akan menjadi halus dan indah. Itu dilakukannya selama berhari hari. Untuk melakukan itu, Binga paling suka berada di tepi laut karena bisa bertemu dengan banyak teman. Akan tetapi, itu membuat tubuhnya kering karena sinar matahari.
Hari ini adalah hari terakhir bagi Mimo untuk membuat pasir di cangkangnya tidak kasar lagi. Setelah berhari-hari, tanpa terasa pasir kecil yang dulu mengganggu Binga telah berubah menjadi bulat, putih, dan mengkilat. Itulah Mutiara yang menyilaukan pandangan Walesu, si tikus.
Sekarang, sungguh amat penasaran si Walesu ini. Sebenarnya Walesu bisa saja melihat mutiara itu dari ujung cangkang Binga. Namun, Walesu sangat penasaran sehingga melangah ke dalam mulut Binga.
Oh tidak! Kumis panjang Walesu mengenai langit-langit mulut Binga. Binga kegelian. Binga langsung menutup cangkangnya, dan memutuskan langsung masuk ke dalam laut. Mungkin dia sudah terlalu panas kena sinar matahari. Walesu terjepit di dalam cangkang Binga, tidak bisa keluar. Akhirnya, Walesu yang terjebak di cangkang Binga ikut terbawa ke dasar laut.
Sejak hari itu, Walesu si tikus putih itu harus tinggal selamanya bersama Binga. Jauh di atas perbukitan, Desa Tuwu tidak pernah lagi kehilangan atau kecurian bahan pangan mereka.